Home » Kontroversi Sejarah » Pernikahan Kontroversi Presiden Soekarno dan Naoko Nemoto

Pernikahan Kontroversi Presiden Soekarno dan Naoko Nemoto

Kehidupan Ratna Sari Dewi diwarnai kontroversi, mulai dari keputusannya menjadi istri kelima presiden pertama Indonesia, Soekarno. Kebangsaan, jaman lalu, dan style hidupnya konsisten dipertanyakan, terutama gara-gara mereka menikah sepanjang kemerosotan ekonomi Orde Lama. Hubungan mereka kerap mendapat protes dan kritik. Namun, kisah cinta mereka senantiasa dinanti publik dan menjadi sumber kekuatan tarik.

Kisah ini diulas dari buku ‘Bukit-bukit Perhatian: Dari Seniman Politik, Lukisan Palsu sampai Kosmologi Seni Bung Karno’ dan ‘My Friend The Dictator’. Pada jaman pasca kemerdekaan, Indonesia dan Jepang punya interaksi yang erat dalam hal memajukan kebudayaan dan kesenian.

Dalam keliru satu kunjungannya ke Jepang, Soekarno bersua dengan Naoko Nemoto, seorang wanita muda yang sharing kecintaannya terhadap seni. Soekarno jatuh cinta dengan Naoko yang saat itu masih berusia 19 th. dan melamarnya.

Pada tanggal 3 Maret 1962, Soekarno dan Naoko menikah, dan Soekarno memberinya nama baru, Ratna Sari Dewi, yang artinya “terlahir ulang ke dunia”. Pernikahan mereka terbilang bahagia, tapi tak menghapus kisah kelam Ratna Sari Dewi. Ibunya terlalu menentang rencana pernikahan putrinya, dan 26 jam sesudah pernikahannya, dia menerima kabar duka bahwa ibu dan adik laki-lakinya telah meninggal dunia.

Kisahnya berawal pada tahun 1992, pas di bulan Januari Ratna Sari Dewi menghadiri sebuah pesta yang digelar di Aspen, Colorado, Amerika Serikat. Saat itu, putri Presiden Filipina bernama Maria Octavia Osmena ikut hadir. Tak terduga, keduanya terlibat perkelahian. Hal ini dipicu berasal dari Ratna Sari Dewi yang menertawakan konsep politik yang dilontarkan oleh Osmena, yang inginkan mencalonkan diri sebagai seasidevolleyballclub.com Wakil Presiden Filipina. Hal ini pun membawa dampak keduanya berseteru, wanita berdarah Jepang itu berujung memukul Osmena dengan sebuah gelas wine.

Ratna Sari Dewi terlalu terpukul gara-gara kehilangan orang yang dicintainya, tapi Soekarno menjadi pelipur laranya. Dia merancang sebuah rumah untuk dia tinggali, yang kemudian menjadi Museum Satriamandala, dan menulis surat wasiat spesifik yang menunjukkan cintanya dan keinginannya untuk dimakamkan bersamanya ketika dia meninggal.

Pernikahan mereka bukannya tanpa kontroversi, dan istri-istri Soekarno yang lain mulai resah dengan Kedatangan Ratna Sari Dewi. Namun, kisah cinta mereka senantiasa memukau publik, dan meski sama-sama dibenci, mereka juga dirindukan. Hubungan mereka merupakan cerminan dari sifat kompleks cinta dan pengalaman manusia, yang tidak dulu sederhana atau lugas.

Kontroversi seputar interaksi Ratna Sari Dewi dan Soekarno pada lain gara-gara perbedaan umur mereka dan fakta bahwa Soekarno adalah seorang presiden yang dikehendaki menghormati standar ethical tertentu. Namun, kecintaan mereka terhadap seni dan kemauan mereka yang serupa untuk hidup menyatukan mereka dan mempertahankan interaksi mereka.

Kisah cinta mereka mengingatkan kita bahwa cinta tidak senantiasa mudah atau langsung, dan kadangkala mampu menimbulkan kontroversi dan kritik. Namun, pengalaman manusia itu rumit, dan cinta adalah anggota dari kerumitan itu. Hubungan Ratna Sari Dewi dan Soekarno merupakan cerminan dari kompleksitas emosi manusia, dan kisah cinta mereka konsisten membawa dampak kita terpesona sampai saat ini.